Rabu, 30 Oktober 2013

Revitalisasi Nilai-Nilai Sumpah Pemuda 1928 Dalam Rangka Mewujudkan Cita-Cita Bangsa

Unknown


Revitalisasi Nilai-Nilai Sumpah Pemuda 1928 Dalam Rangka Mewujudkan Cita-Cita Bangsa 

Dinamika sosial yang terjadi pada konteks kebangsaan sejak periode pra-kemerdekaan di Indonesia, tidak akan bisa dipisahkan dari peran pemuda sebagai kontributor utama pada setiap episode perubahan sosial. Pemuda senantiasa hadir dan menjadi bagian pada peristiwa-peristiwa monumental dalam sejarah Indonesia seperti kebangkitan nasional Boedi Oetomo 1908, soempah pemoeda 1928, proklamasi 1945, dan reformasi pada tahun 1998. Pemuda tidak pernah terlepas dari peran mereka yang begitu idealistik dalam agenda-agenda sosial.

Barangkali peristiwa yang paling tepat untuk dijadikan titik awal pemuda mendapatkan predikatnya sebagai aktor utama dalam sejarah adalah peristiwa Soempah Pemoeda yang terjadi pada tanggal 28 Oktober tahun 1928. Momentum tersebut merupakan momentum yang paling penting dalam usaha Indonesia menyambut kemerdekaan. Hasil deklarasi pemuda tersebut kemudian melahirkan ikrar luhur, yang berbunyi:

1.       Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah air satu, tanah air Indonesia.
2.       Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia.
3.       Kami putra dan putri Indoensia, menjunjung bahasa persatuan, basa Indonesia.
Pemuda dan Tantangan Zaman

Pada era dimana individualisme menjamur yang kemudian melahirkan sekulerisasi, mayoritas pemuda Indonesia kemudian tenggelam dalam arus hedonisme yang begitu memabukkan. Pemuda kemudian terlena hingga kehilangan semangat kebangsaan mereka. Bisa dikatakan bahwa generasi muda Indonesia hari ini adalah generasi “alzhemeir”, generasi yang lupa pada sejarah mereka sendiri, sejarah yang dituliskan menggunakan pena dengan tinta darah para pemuda masa lalu.

Pemuda telah menampakkan sikap apatis terhadap persoalan-persoalan bangsa hari ini. Yang kemudian dimanfaatkan oleh segelintir kelompok yang berlindung dibelakang nama demokrasi semata-mata demi tujuan pribadi mereka. Pada akhirnya kita menyaksikan tepat di depan mata kepala kita sendiri bagaimana pendidikan dikesampingkan, identitas budaya masyarakat dikebiri, hukum dijadikan permainan oleh para elitis, dan saat alam Indonesia secara terang-terangan dieksploitasi secara massal. Permasalah yang terjadi adalah ketika pemuda diam terpaku menonton praktek kolonialisasi seakan-akan dengan sukarela menerima untuk dijajah. 

PERMASALAHAN BANGSA

Dari aspek kesejahteraan sosial, rasanya semua akan sepakat bahwa Indonesia mengalami banyak masalah mendasar di bidang ekonomi. Bila digunakan pendekatan jumlah keluarga yang masih layak untuk mendapatkan raskin (beras untuk orang miskin) sebanyak 19,2 juta keluarga. Maka dengan rata-Rata anggota keluarga 4 orang, paling tidak saat ini jumlah masyarakat miskin minimal 40 juta orang dengan batasan pengeluarn Rp. 200.262 per orang per bulan, atau Rp. 6.675 per orang per hari. Dengan kata lain, bila digunakan indikator USD 2 per orang per hari, jumlah masyarakat miskin Indonesia akan jauh lebih besar. 

Tingkat kesejahteraan yang sangat rendah ini menjadikan Indonesia mengalami ketertinggalan dari negara-negara lain. Indikator Human Development Indeks (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IDP) menempatkan Indonesia sebagai negara yang paling tertinggal di antara negara-negara ASEAN.

Selain dari aspek kesejahteraan tadi, dari segi pendidikan Indonesia masih sangat tertinggal. Pendidikan formal Indonesia satu dibandingkan dengan pendidikan luar negeri selalu berada di urutan bawah. Sebagaimana data-data yang tersebar di banyak media, jika dibandingkan dengan negara-negara yang sedang berkembang, utamanya negara-negara ASEAN, kualitas pendidikan Indonesia masih sangat tertinggal jauh. Survei Political and Economic Risk (PERC) menunjukan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Pada survei tahun 2007 oleh World Competitiveness Year Book memaparkan bahwa daya saing pendidikan Indonesia berada pada urutan 53 dari 55 negara yang disurvei. Di samping itu, pada survei pada 2009 menghasilkan bahwa tingkat melek huruf penduduk di Indonesia mencapai 99,47 persen.

Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain adalah masalah efektifitas, efisiensi dan standardisasi pengajaran. Hal tersebut masih menjadi masalah pendidikan di Indonesia pada umumnya. Adapun permasalahan khusus dalam dunia pendidikan yaitu: Rendahnya sarana fisik, rendahnya kualitas guru, rendahnya kesejahteraan guru, rendahnya prestasi siswa, rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan, rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan, serta mahalnya biaya pendidikan.

Permasalahan nasional selanjutnya adalah permasalahan budaya. Efek dari pusaran globalisasi yang begitu deras membuat masyarakat Indonesia kita menerima pengaruh globalisasi tanpa memilah-milah terlebih dahulu. Sehingga tidak dapat dipungkiri bahwasanya masyarakat Indonesia telah mengalami degradasi moral yang begitu akut. Budaya yang merupakan identitas nasional mulai terkikis dan berujung pada hilangnya penghayatan terhadap tradisi nenek moyang kita.

Hasil suatu survey menunjukan bahwa bahasa daerah asli Indonesia telah berkurang sebanyak 30% dari 745 bahasa daerah dalam 20 tahun terakhir. Data ini mengindikasikan bahwa identitas budaya nasional perlahan-lahan akan memudar dan menjelma ke identitas baru yang disebut budaya konsumerisme dan budaya hedonisme. Merupakan renungan tersendiri bagi para pemuda yang telah menghianati ikrar mereka pada peristiwa sumpah pemuda, bahwasanya mereka mengakui bahwa berbahasa persatuan adalah bahasa Indonesia akan tetapi hanya diam saja ketika bahasa daerah Indonesia beranjak musnah.

Aspek kesejahteraan, pendidikan dan kemerosotan budaya inipun berbanding lurus dengan kebobrokan hukum di Indonesia. Sebuah data statistik menunjukan bahwa Indonesia menempati peringkat ke 118 negara terkorup di dunia . Indonesia Corruption Watch (ICW) mencoba menganalisis berbagai data penyidikan korupsi. Alhasil, ternyata sebanyak 285 kasus korupsi di Indonesia sudah merugikan negara sebesar Rp 1,22 triliun yang terjadi hanya dalam satu semester . Ironisnya, sektor infrastruktur yang sedang didorong pemerintah malah menduduki posisi teratas tindak korupsinya.
               
Selain korupsi di jajaran birokrasi, permasalahn hukum yang juga melanda Indonesia meliputi kolonialisasi secara massal terhadap alam Indonesia oleh bangsa asing. Katakanlah salah satunya kasus freeport di Papua yang secara terang-terangan mengeksploitasi sumber daya alam Indonesia secara besar-besaran yang kemudian berujung pada merosotnya kesejahteraan sosial. Fenomena yang memperlihatkan wajah oportunis para birokrat negara.

Ironisnya pelaku kekacauan ini bukanlah bangsa asing melainkan bangsa Indonesia sendiri. Benarlah yang pernah dinubuatkan oleh founding fathers kita, presiden Soekarno. Beliau mengatakan bahwasanya “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri”.

REVITALISASI NILAI-NILAI SUMPAH PEMUDA DALAM MASALAH BANGSA

Menyadari bahwasanya pemuda pada zaman ini telah mengalami kemunduran baik dibidang intelektual, kreativitas dan pergerakan, sehingga pada momentum yang berharga ini, pada tanggal 28 Oktober tahun 2013, perlu kiranya diadakan upaya penyadaran kembali mengenai semangat kepemudaan yang sepertinya tertidur dalam alam bawah sadar pemuda Indonesia. Revitalisasi nilai-nilai sumpah pemuda adalah konklusi dari permasalah generasi ini. Sebagai generasi muda, kita harus berani mengklaim bahwa semangat zaman (zeitgeist) hari ini, adalah milik pemuda Indonesia.

Spirit sumpah pemuda jangan hanya dijadikan hiasan sejarah yang menunggu usang hingga akhirnya tidak memberi makna apapun kini ataupun besok. Cita-cita pemuda di masa lalu adalah adalah warisan yang harus harus digenggam hari ini. Nilai-nilai sumpah pemuda tidak boleh dipandang sebagai nilai yang statis tapi sebagai nilai yang dinamis dan dialektis. Dalam artian, semangat dari nilai sumpah pemuda tidak berakhir ketika Indonesia mendeklarasikan medeka pada 17 Agustus 1945 saja, akan tetapi semangat itu harus senantiasa kita bawa pasca-kemerdekaan. Reaktualisasi nilai-nilai sumpah pemuda harus bersifat dinamis mengingat tantangan zaman yang begitu kuat dihadapan kita.

Predikat agent of changes yang diamanatkan oleh bangsa dari generasi masu lalu adalah sebuah permata tanggung jawab yang harus diamalkan. Pemuda harus senantiasa berasa di barisan paling depan dalam mengawal perubahan sosial yang meliputi aspek-aspek sosial, pendidikan, budaya dan hukum di Indonesia. Sebab perubahan sosial adalah fenomena, dan motor yang menggerakkannya adalah pemuda.

Pemuda sebagai aktor sejarah, yang dengan berani mengklaim bahwa sejarah adalah milik mereka, berkewajiban untuk melaksanakan cita-cita bangsa dengan menuntut:
1.     Pemberantasan kemiskinan dan perbaikan ekonomi nasional.
2.     Pemerataan kualitas pendidikan.
3.     Pengokohan budaya sebagai identitas nasional.
4.     Supremasi hukum yang seadil-adilnya.
5.     Nasionalisasi aset negara.

Akhirnya, setiap pemuda Indonesia harus memilki sikap dalam dirinya untuk memajukan negaranya seperti yang di ungkapkan oleh Jhon F. Kennedy yaitu, “ask not what your country can do for you. But ask what you can do for your country” yang bermakna jangan tanya apa yang tanah airmu dapat memberikan kepada mu tetapi tanyakanlah apa yang dapat berikan kepada tanah air mu, sedangkan bung karno berpesan kepada kaum pemuda,beri aku 1.000 orang tua, akan aku cabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 orang pemuda, akan aku goncangkan dunia” (Ir. Soekarno)

Minggu, 27 Oktober 2013

Unknown
{ Seminar Kepemudaaan }



Tema

“Merefleksi Nilai-Nilai Dan Cita-Cita SUMPAH PEMUDA Dalam Implementasi Warga Negara”

hari,Tanggal : Rabu, 30 Oktober 2012
Waktu          : Pukul 13.00-Selesai
Tempat         : Aula Suradiredja (Universitas Pasundan)
                      Jl.Lengkong Besar No.68

Pemateri : Mayjen Dedi Kusnadi Thamim (Pangdam III   Siliwangi) & Nurdirman Munir (DPR RI)

Reward : Sertifikat,Snack,Dorprize

- FREE Dan Terbuka Untuk Umum -

Cp.
Muhammad Al Masyahdan
085341525313000
Robi Erwandi
087722211595

Bidang III Eksternal Bem FH UNPAS

Pendaftaran MULAI Dibuka
distand fh dibawah tangga pada tanggal :

24-29 OKTOBER 2013

Kamis, 24 Oktober 2013

Filsafat Perjuangan

Unknown


Filsafat Perjuangan

Ustadz Hasan Abu Ammar

Perjuangan dalam pandangan filsafat merupakan kemestian yang tidak bisa ditawar-tawar. Sebab ia merupakan kelaziman dari keberadaan materi. Oleh karenanya untuk lebih memahami kelaziman tersebut perlu kiranya kami paparkan susunan keberadaan alam semesta.

Susunan Alam Semesta

                Pertama : Alam Akal. Dalam kaidah filsafat dikatakan bahwa antara sebab dan akibat harus memiliki kesejenisan (kesamaan) yang sangat kuat. Oleh karenanya Tuhan Maha Nonmateri dan Nondimensi sangatlah mustahil menyentuh (baca : mencipta) materi yang banyak dimensinya secara langsung. Sebab hal tersebut meruntuhkan kaidah di atas.

                Kalau kita berbicara mengenai warna saja, maka kita dapat melihat adanya beberapa warna yang saling berbeda di dalam kehidupan kita sehari-hari. Kalau kita tanyakan, bagaimana Tuhan menciptakan mereka ? Maka akan ada dua kemungkinan : langsung atau tidak langsung. Kalau dikatakan langsung, sementara Tuhan tidak berdimensi, berarti sumber warna merah (contoh) juga merupakan sumber dari warna-warna yang lainnya. Ini menandakan tidak adanya kaitan antara sebab dan akibat. Sementara kaidah mengatakan bahwa antara sebab dan akibat harus memiliki kaitan yang sangat erat. Sebab kalau tidak, maka bisa saja kita minum racun supaya sehat, mandi supaya kenyang atau pandai, tidur supaya jadi presiden, dan lain-lain. Dan kalau dikatakan langsung tapi masing-masing warna bersumber pada sumbernya sendiri-sendiri, maka jelas akan menimbulkan dimensi pada Tuhan. Di mana hal ini melazimkan adanya rangkapan pada Zat Tuhan. Sedang rangkapan menandakan keterbatasan masing-masing rangkapannya. Sementara gabungan dari yang terbatas - walau sangat banyak dan luas - merupakan keterbatasan pula. Sedang Tuhan jelas tidak terbatas.

                Dengan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa materi sangatlah tidak layak untuk mendapatkan sentuhan langsung dari Tuhan. Sebagai gantinya, Tuhan mencipta makhluk lain yang nondimensi dan nonmateri. Makhluk inilah yang disebut sebagai makhluk Akal (bukan akal manusia) yang biasa dikenal dalam bahasa agama sebagai malaikatu al-muqarrabun (malaikat yang didekatkan). Sedang hakikat dan definisinya adalah suatu hakikat yang tidak berbentuk dan tidak berbeban. Mereka bukan hanya satu keberadaaan. Akan tetapi memiliki jumlah juga dan mereka bertingkat-tingkat. Ada yang sangat dekat (bukan tempat) dengan Tuhan, tapi ada pula yang agak jauh. Dan begitu seterusnya sampai mendekati alam barzakh.

Kedua : Alam Barzakh/Mitsal/Khayal, yaitu suatu hakikat yang berbentuk tapi tidak berbeban. Sebenarnya makhluk ini juga disebut makhluk Akal namun yang paling rendah. Karena 'kerendahannya' (bukan kerendahan akhlak) itulah ialah yang dapat menyentuh alam materi secara langsung dan menciptakannya dengan seizin Tuhan. Oleh karenanya ia disebut akal fa'al, yakni akal yang aktif  yang secara langsung dalam pengadaan dan pengaturan alam materi.

                Para filosof berbeda pandangan perihal jumlahnya. Ada yang mengatakan bahwa ia hanya satu namun berdimensi banyak. Namun ada pula yang menyatakan ia memiliki jumlah yang banyak (aqlu al-'aradhi). Sedang banyaknya dimensi atau jumlah tersebut sebanyak makhluk materi. Oleh karena itu masing-masing materi bersumber pada sumbernya sendiri-sendiri. Dalam bahasa agama makhluk ini disebut dengan malaikat penembus/pencabut nyawa, pemberi rezeki, pengatur hujan, peniup sangkakala, dan lain-lain.

Ketiga : Alam materi, yakni suatu hakikat yang berbentuk dan sekaligus berbeban. Alam ini kedudukannya paling rendah (bukan akhlak). Oleh karenanya ia disebut dunia (dunya) yang berasal dari kata dani yang artinya rendah. Dalam filsafat tinggi rendahnya sesuatu tergantung sedikit banyaknya ia memiliki dimensi/rangkapan. Semakin sedikit maka akan semakin tinggilah kedudukannya. Begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu dalam filsafat akhlak dikatakan bahwa semakin banyak orang menyukai sesuatu dalam hatinya maka semakin banyak pula dimensi yang dimilikinya. Sehingga dengan itu maka akan semakin rendahlah kedudukannya di mata Allah. Namun sedikit maka akan semakin tinggilah kedudukannya. Apalagi ketika keinginannya hanya satu, yaitu Allah. Inilah yang diisyarati oleh Allah dalam Alquran surah 33 [Al-Ahzab] : 4 : "Allah tidak mencipta dua hati dalam diri seseorang."

Tambahan Penjelasan Alam Materi

                Selain definisi di atas yang juga umum dipakai dalam mendefinisikan materi adalah sesuatu yang yang memiliki empat dimensi : panjang, lebar, tebal, dan waktu. Dimensi keempat adalah tambahan dari Mulla Shadra. Ia membuktikan bahwa gerak tidak hanya terjadi pada aksiden. Bahkan terjadi pula pada substansi. Nah, ketika gerak menjadi lazim bagi setiap substansi maka waktu yang berperan sebagai ukuran gerak, juga merupakan kelaziman bagi setiap materi. Maka jadilah ia dimensi yang lain dari materi.

Penjelasan Gerak

                Gerak didefinisikan sebagai keluarnya sesuatu dari titik mungkin menuju yang dimungkinkan secara perlahan/proses-waktu. Sedangkan  perubahan nonmateri tidak dengan proses waktu (kun fayakun). Akan halnya mengapa materi tidak bisa kun-fayakun adalah karena keterikatannya dengan tempat dan waktu tersebut. Tempat dalam hal ini adalah volume setiap benda, yakni panjang, lebar, dan tebalnya.
                Ketika biji padi, misalnya, mungkin untuk menjadi pohon padi atau tanah, maka ketika ia bergerak menuju kepada salah satu dari keduanya  berarti ia telah bergerak menuju pada yang dimungkinkan.
                Ini adalah salah satu contoh dari jutaan gerak substansi. Sedangkan gerak aksiden bisa kita contohkan dengan bergeraknya orang bodoh menuju pandai, jambu kecil nan hijau menuju jambu besar nan merah dan lain-lain.

Tambahan Penjelasan tentang Gerak

                Ketika sebuah materi ingin bergerak, karena keterikatannya, maka ia harus melawan semua yang mengekangnya, yakni semua yang ada di luar batasannya itu. Sebab setiap batasan di samping ia menceritakan kepositifan (kepemilikan) sesuatu, ia juga secara tidak langsung menceritakan kenegatifan (ketidakpunyaan) sesuatu tersebut. Ketika air dikatakan air maka di samping hal itu menceritakan kepemilikan air tersebut akan kesempurnaan air itu, ia juga menceritakan tentang kekurangannya, yakni air bukan batu, pohon, gunung, manusia, api, dan lain-lain.
                Ketika jambu kecil ingin membesar maka ia harus melawan ruang yang mengelilinginya. Sebab ruangnya semula hanyalah volume asal yang ia punya. Kalau ia dapat mengalahkan ruang lain yang mengelilinginya, maka ia akan dapat bergerak membesar. Namun kalau tidak mampu, seperti kalau ia yang masih kecil itu berada dalam botol yang tebal yang ruangannya sama persis dengan volumenya, maka ia tidak akan dapat bergerak membesar.
                Hal di atas baru dari satu sisi saja, yaitu dilihat dari sisi ruangannya. Belum dilihat dari sisi yang lain, seperti darimana ia mendapat volume tambahan itu. Sebab tanpa volume tambahan, alam materi tidak akan bertambah volumenya. Oleh karena itu, setiap materi yang ingin bergerak, baik dalam volume, warna, bentuk, rasa, dan lain sebagainya (seperti juga gerak substansinya), mesti mengambil dari materi yang lain dan mengambilnya sebagai bagian dirinya. Baik  bagian itu merupakan bagian sifati atau juga merupakan bagian zati dan substansi. Oleh karena itu, alam materi disebut alam tazahum (saling mengganggu). Sebab, jangankan untuk bergerak, untuk bertahan saja materi harus mengambil materi lainnya. Binatang yang ingin bertahan hidup, ia harus menghidup udara, makan makanan, minum air, dan lain-lain. Itu saja sudah cukup untuk dijadikan alasan ke-tazahum-an alam materi.

Lazimnya Perjuangan Materi

                Dengan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa materi untuk bertahan hidup saja perlu mengambil materi yang lain, atau menjarah yang lain. Sekalipun hanya tempat atom-atom udara bagi keberadaan batu yang mati. Apalagi bagi yang bergerak. Sudah tentu ia harus mengganggu materi yang lainnya. Hal ini kalau ditambah dengan kaidah yang mengatakan bahwa setiap sesuatu mencintai dirinya, maka sudah tentu materi, untuk bertahan hidup/eksis dan atau/bergerak maju, harus mengambil materi yang lain. Dan karena ia juga menjadi incaran bagi materi lain maka ia harus berjuang untuk mempertahankan hidup atau eksistensinya. Dari dua sudut pandang itu dapat dikatakan bahwa perjuangan merupakan kelaziman, yang tidak bisa tidak, dari keberadaan materi.

Perjuangan Manusia

                Jarah menjarah bagi materi-materi yang tidak memiliki etika merupakan suatu kewajaran dan tidak perlu  pembahasan mendetail mengenainya. Oleh karena itu, kita dengan segera mengatakan bahwa itu sudah merupakan sunnah/kehendak Allah Swt. Akan tetapi bagi wujud manusia hal itu sangatlah perlu kepada pembahasan. Sebab perjuangan dalam kacamata ini (filsafat) tidak lagi mesti bermakna positif akhlaki. Oleh karena itu, perjuangan di sini betul-betul bisa disalahgunakan.
                Etika dan syariat serta akal yang sehat tidak dapat membenarkan adanya penjarahan yang tidak teratur bagi manusia. Karena ia merupakan keberadaan yang berbudaya dan beretika. Terlebih lagi ia merupakan keberadaan yang berakal yang justru dengan itu semua manusia berbeda dengan dari wujud-wujud lain. Apalagi ia merupakan makhluk yang diciptakan untuk mengabdi (ibadah). Oleh karena itu, perjuangan yang akan ia lakukan haruslah sesuai dengan etika, logika, dan syariat yang kesemuanya itu adalah hakikat yang satu dalam tiga manifestasi.

Macam-macam Perjuangan

                Ketika manusia harus berjuang dalam mempertahankan dan/atau memajukan hidupnya maka manusia harus berjuang selalu. Namun ketika pada diri manusia ada dua macam potensi, yaitu potensi untuk menjadi baik dan menjadi buruk, maka perjuangannya pun akan didasarkan pada dua potensi itu. Oleh karena itu, perjuangan manusia memiliki dua macam : baik dan buruk.
                Perjuangan baik adalah perjuangan yang mengikuti ajakan baik yang ada dalam diri manusia. Perjuangan ini bukan hal yang mudah. Sebab, seseorang harus betul-betul tahu bahwa ajakan dirinya dan perjuangannya adalah kebaikan hakiki. Bukan sekadar dakwaan kebaikan. Untuk itu harus betul-betul dicermati dengan segala macam barometer, yakni akal, etika, dan syariat. Tidak dengan emosi nafsu dan  pertimbangan keuntungan pribadi. Sebab, kesalahan yang dibuat dengan dua hal itu menyebabkan manusia tidak akan mendapat maghfirah Allah Swt.
                Berpolitik, berekonomi, berbudaya, beritual, berumah tangga, bermasyarakat, berorganisasi, dan lain-lain, kalau dilakukan sesuai dengan logika, etika, dan syariat, maka akan menghasilkan kesempurnaan. Baik kesempurnaan dunia maupun akhirat di mana surga adalah hasil terendahnya di alam itu (akhirat). Sementara hasil tertingginya adalah tidak terbatas. Karena maqam Qurb/dekat, 'Indiyyah/di sisi Tuhan tidak akan ada batasnya. Sebab, kalau terbatas, maka Tuhan pun menjadi terbatas.
                Perjuangan buruk adalah perjuangan yang mengikuti ajakan buruk yang ada dalam diri manusia, baik betul-betul berupa keburukan ataupun berupa kebaikan yang bersifat semu dan tipuan, yakni kebaikan yang tidak berdasar pada logika, etika, dan syariat. Namun berdasar perasaan, budaya setempat, dan kefanatikan-negatif. Biasanya kebaikan macam ini sangat bersifat untung-rugi atau tidak jarang bersifat pemaksaan kepada orang lain. Makanya begitu terasa berat dan merugikan maka perjuangannya dihentikan. Dan kalau berada di atas angin ia akan memaksa orang lain. Salah satu tanda dari tanda-tanda perjuangannya adalah pandangan-pandangannya suka sekali berubah dan tidak menentu. Semoga Tuhan menjaga kita dari ketidakpastian ini. Sebab tidak menentu alias sering berubah merupakan ketidakcermatan prinsip-prinsipnya.


Jakarta, 10 April 1999.



Jumat, 11 Oktober 2013

PORMAKUM FH UNPAS 2013

Unknown


PORMAKUM FH UNPAS 2013

Jadwal Futal 99 ITC, Jl.kebon kelapa lantai 4 area parkir

jam :
            10.00 (2012 F - 2012 E)
            10.30 (2012 D - 2013 E)                    
            11.00 (2012 C - 2013 A)
            11.30 (2013 B - PERDATA)
            12.00 (2013 H - PIDANA)
            12.30 (2013 C - 2011 D)
            13.00 (2012 F - 2011 C)
            13.30 (2012 D - 2011 E)

Lapangan Beebucks Jl,Talaga Bodas

Jam :
            10.00 (2012 B - 2013 D)
            10.30 (2012 A - 2013 F)
            11.00 (2013 G - 2011 B)
            11.30 (HTN - 2011 A)


Kepada seluruh peserta/team datang 30 menit sebelum bermain,maaf atas keterlambatan jadwal pertandingan sebelumnya,selamat bertanding dan jungjung sportifitas

"BEM FH UNPAS BIDANG IV - MINAT DAN BAKAT"